Kepemimpinan

Kepemimpinan


1. Pengertian Kepemimpinan

Batasan tentang kepemimpinan sangat bervariasi. Beberapa diantaranya adalah :

a. Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang-orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (George R. Terry).

b. Kepemimpinan adalah perpaduan perilaku yang dimiliki oleh seseorang sehingga orang tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong orang lain dan dapat menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya (Ordway Tead).

c. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau kelompok orang atau mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Stogdill).

d. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu (Paul Hersoy, Ken Blanchhard).

Dari empat batasan ini jelaslah bahwa kepemimpinan akan muncul apabila ada seseorang yang karena sifat-sifat dan perilaku yang dimilikinya mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain guna berfikir, bersikap ataupun berbuat sesuai dengan yang diinginkan.

Dalam institusi kesehatan konsep kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari konsep kepemimpinan secara umum. Para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif. Perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Setelah suatu tinjauan kembali yang menyeluruh mengenai kepustakaan tentang kepemimpinan. Kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya dengan ciri-ciri individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi administrasi, serta persepsi oleh orang lain mengenai keabsahan dari pengaruh. (Azrul Azwar, 1998).

2. Tipe Kepemimpinan

Lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya ialah :

a. Tipe Otokratik

Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otokratik cenderung mengadung nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya. Sesuatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan dipandangnya sebagai sesuatu yang tidak baik dan dengan demikian akan disingkirkannya, apabila perlu dengan tindakan kekerasan.

b. Tipe yang Paternalistik

Persepsi seorang pemimpin yang paternalistic tentang peranannya dalam kehidupan organisasional dapat dikatakan dawarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin meraka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk.

c. Tipe yang Kharismatik

Tipe kepemimpinan kharismatik mempunyai karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara kongkret mengapa orang tertentu itu dikagumi.

d. Tipe yang Laissez Faire

Seorang pemimpin yang laissez faire adalah pemimpin yang berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dn seorang pimpinan tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional. Seorang pemimpin laissez faire cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakkan.

e. Tipe yang Demokratis

Pemimpin yang demokratis biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang pemimpin yang demokratis perilakunya mendorong para bawahannya menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-sungguh ia mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritikan orang lain, terutama para bawahannya. Bahkan seorang pemimpin yang demokratis tidak akan takut membiarkan para bawahannya berprakarsa. Karakteristik seorang pemimpin yang demokratis lainnya yang sangat positif adalah dengan cepat ia menunjukkan penghargaannya kepada para bawahannya yang berprestasi tinggi.

3 gaya kepemimpinan, yaitu :

a. Autokratis (Autocratic)

Kepemimpinan gaya otokratis, otoriter, atau diktator adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang dilakukan diputuskan oleh pimpinan semata-mata.

Ciri kepemimpinan gaya otokratis antara lain adalah :

1). Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin

2). Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan

3). Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

4). Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

5). Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan

6). Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat.

7). Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif.

8). Lebih banyak kritik daripada pujian

9). Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat

10). Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman

11). Kaku dalam bersikap

12). Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.

Penerapan kepemimpinan gaya otoriter dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak sehingga untuk sementara mungkin produktifitas dapat naik. Akan tetapi disisi lain menimbulkan kerugian antara lain berupa suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut yakni timbulnya ketidakpuasan.

b. Demokratis (Democratic)

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah.

Ciri kepemimpinan gaya demokratis antara lain adalah :

1). Wewenang pimpinan tidak mutlak

2). Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan

3). Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

4). Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan.

5). Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan

6). Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat.

7). Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif.

8). Pimpinan meminta kesetiaan para bawahan secara wajar

9). Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati dan saling menghargai

10). Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan.

Penerapan kepemimpinan gaya demokratis dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedang kelemahan gaya ini antara lain keputusan serta tindakan kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan terbaik.

c. Kebebasan (Laissez-faire)

Kepemimpinan gaya kebebasan atau gaya liberal adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam hal ini peranan pimpinan hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan. Setiap orang dapat melakukan kegiatan masing-masing sesuai dengan kehendak masing-masing pula.

Ciri kepemimpinan gaya liberal antara lain adalah :

1). Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

2). Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan

3). Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan

4). Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya

5). Prakarsa selalu datang dari bawahan

6). Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

7). Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok

8). Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang-perorang.

Penerapan pemimpin gaya liberal dapat mendatangkan keuntungan antara lain para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Tetapi kepemimpinan jenis ini membawa kerugian bagi organisasi antara lain berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera masing-masing.

Tidaklah mudah menentukan macam gaya kepemimpinan yang terbaik, karena gaya kepemimpinan tersebut tergantung dari situasi dan kondisi yang dihadapi. Lester R. Bitel menyebutkan bahwa semua gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan karena itu dapat mendatangkan keuntungan atau kerugian tergantung dari penggunaannya yang tepat atau tidak.

Untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, banyak pendapat yang pernah dikemukakan. Situasi dan kondisi yang dimaksud dibedakan atas 3 unsur utama yakni (Azrul Azwar) :

a). Hubungan pemimpin dan bawahan

Dalam menerapkan gaya kepemimpinan, harus dikaji dahulu hubungan antara pemimpin dengan bawahan. Apabila hubungan tersebut baik atau tidak. Apakah bawahan percaya serta loyal kepada pemimpin.

b). Struktur Tugas

Setelah itu dilanjutkan dengan mengkaji struktur tugas yang ada dalam organisasi yang meliputi jenis dan pembagian tugas antar karyawan. Apakah pengaturannya telah baik atau tidak serta apakah tugas tersebut cukup dijelaskan atau tidak.

c). Derajat kekuasaan yang dimiliki pimpinan

Langkah selanjutnya yang dilakukan ialah mengkaji derajat kekuasaan yang dimilki pimpinan, sampai seberapa jauh wewenang yang dimiliki, serta sampai seberapa jauh pula wewenang tersebut didukung oleh peraturan dan berbagai ketentuan yang ada dan ataupun oleh pimpinan lain yang lebih tingg

2. Asas-Asas dan Fungsi Kepemimpinan

a. Asas-asas Kepemimpinan

1). Kemanusiaan ; mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, yaitu pembimbingan manusia oleh manusia untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu demi tujuan-tujuan masyarakat.

2). Efisien ; efisien teknis maupun sosial berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber, materi dan jumlah manusia atas prinsip penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis serta asas-asas manajemen modern.

3). Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata menuju pada tata kehidupan yang lebih tinggi.

b. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.